Cerita Seks Bergambar Memekku Di Hajar Kontol Panjang
Kisah dan Cerita Panas ini bermula dari keberanian mantan muridku, Kevin. Tampaknya semenjak SD dia sudah sering mengintip dan menyimak tubuhku yang molek. Sebenernya kisah dewasa ini tak pantas diceritakan. Tapi, apa inginkan dikata perbuatan tersebut telah kami lakukan, dan kesenangan itu hendak kami bagikan disini.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
“Aku nyaris keluar!” Kevin bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak dapat bergoyang dalam posisi laksana itu, maka aku pasrah saja, merasakan gecakan-gecakan keras batang kemaluan Kevin. Kedua tanganku memegang erat sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
Ooouh Yeee Enak Banget entot memek ibu, tutur kevin
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah nyaris keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
“Ibu pun mau Keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku pun mau keluarr!”
Namaku Rini, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku terlihat bila mengenakan pakaian yang ketat khususnya pakaian senam. Aku ialah Ibu dari dua anak berusia 30 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.
Kata orang tahi lalat di daguku laksana Berliana Febriyanti. Dan format tubuhku serupa Minati Atmanegara yang tetap kencang di umur yang semakin menua. Bisa jadi benar tapi toketku tidak sebesar mereka sehingga tampak lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia tersebut kudapat dengan olahraga yang teratur.
Kira-kira 6 tahun yang lalu ketika usiaku masih 24 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang hendak kuliah di tempatku. Sebab ia rekan baikku dan suamiku tidak keberatan kesudahannya aku menyetujuinya. Nama pemuda tersebut Kevin, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar sebab Kevin seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Kevin ini pernah menjadi muridku ketika aku masih menjadi guru SD.
Kevin paling sopan dan tahu diri. Dia tidak sedikit membantu kegiatan rumah dan tidak jarang menemani atau mengantar kedua anakku bila hendak bepergian. Dalam waktu singkat dia sudah akrab dengan keluargaku. Bahkan suamiku tidak jarang mengajaknya main tenis bersama. Aku pun menjadi terbiasa dengan kehadirannya, tadinya aku sangat mengawal penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang unsur dadanya agak rendah. Lagi pula Kevin menunjukkan sikap yang wajar andai aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.
Sekitar 3 bulan sesudah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 Keluar negeri sekitar 2,5 tahun. Aku sangat berat untuk membiarkannya pergi, siapa yang entot memek ku nanti jika aku lagi pengen. Walau usiaku telah tidak muda lagi, namun aku teratur melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin tersebut karena olahraga yang tidak jarang kali aku jalankan, sampai-sampai hasrat tubuhku masih laksana anak muda. Dan sekarang dengan kepergiannya otomatis aku mesti menyangga diri.
Awalnya biasa saja, tapi sesudah 2 bulan kesepian yang amat paling menyerangku. Itu menciptakan aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, meski jam telah mengindikasikan angka 9. Karena kemarin kedua anakku mohon diantar bermalam di lokasi tinggal nenek mereka, sampai-sampai hari ini aku hendak tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku kemudian tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama tersiar suara pintu dIbuka dari kamar Kevin.
Kudengar suara tahapannya mendekatiku.
“Bu Rini..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku kian erat. Setelah sejumlah saat lengang, tiba-tiba aku tercekat saat merasakan sesuatu di pahaku. Saat ku intip ternyata Kevin matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku. Aku lupa bila aku sedang mengenakan baju istirahat yang tipis, apa lagi istirahat telentang pula. Aku deg degan tapi aku tetap pura-pura tidur
“Bu Rini..?” Suara Kevin tersiar keras, kukira dia hendak meyakinkan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak. Aku menyimpulkan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap seluruh sampai keleher.
Lalu kurasakan Kevin membelai bibirku, jantungku laksana melompat, aku mengupayakan tetap tenang supaya pemuda tersebut tidak curiga. Kurasakan lagi tangan tersebut mengelus-elus ketiakku, sebab tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kulihat lagi ternyata wajahnya sudah sangat dekat, namun aku yakin ia belum tahu bila aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya mencari leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mengupayakan bertahan, aku hendak tahu apa yang hendak dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku menikmati tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, terdahulu ia hanya mengelus-elus, aku tetap diam sambil merasakan elusannya, kemudian aku menikmati buah dadaku mulai diremas-remas, aku menikmati seperti terdapat sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku telah lama memimpikan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku menyimpulkan tetap diam hingga saatnya tiba.
Sekarang tangan Kevin sedang berjuang membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama lantas kurasakan tangan dingin pemuda tersebut meremas dan memilin puting susuku. filmbokepejpang.com Aku hendak merintih nikmat namun nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar ketika memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Kevin mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Dengan cepat dia hisap pentil toketku, aku pengen mendesah tapi aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua telah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Kevin mulai mencari selangkanganku, kemudian kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku telah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Kevin menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, kemudian kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kesenangan menjalari tubuhku. Jari-jari Kevin mencoba menginjak lubang vaginaku, kemudian kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku mesti menyelesaikan Kevinwaraku, aku telah tak tahan lagi, kubuka mataku seraya menyentakkan tubuhku.
“Kevin!! Ngapain kamu?”
Aku berjuang bangun duduk, namun tangan Kevin mengurangi pundakku dengan keras. Tiba-tiba Kevin mecium mulutku secepat kilat, aku berjuang memberontak dengan mengerahkan semua tenagaku. Tapi Kevin kian keras mengurangi pundakku, justeru sekarang pemuda tersebut menindih tubuhku, aku kendala bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya pulang melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, namun aku pura-pura menolak.
“Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya hendak merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Kevin Mencabut ciumannya kemudian memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan dapat denagan teman-teman anda yang masih muda. Ibukan telah tua,” Ujarku lembut.
“Tapi saya telah tergila-gila dengan Bu Rini.. Saat SD saya tidak jarang mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya bakal memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Kevin.
“Ah kamu… Ya telah terserah anda sajalah”
Aku pura-pura menghela napas panjang, sebenarnya tubuhku telah tidak tahan hendak dijamah olehnya.
Lalu Kevin melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Bagi membuatnya semakin membara, aku mohon izin ke WC yang terdapat di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka seluruh pakaian yang terdapat di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda laksana Kevin terangsang menyaksikan tubuhku ini? Perduli amat yang urgen aku hendak merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, Kevin serupa masuk kamar. Matanya terbeliak menyaksikan tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.
Toket ibu bagus banget ku hisap terus yaaa. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Sepasang payudara montokku berakhir diremas-remas dan diciumi. Pentil Toket ku sama toket ku benar benar di mainkan dengan penuh nafsu.
“Ibu hebat…,” desisnya.
“Apanya yang hebat..?” Tanyaku seraya mangacak-acak rambut Kevin yang panjang seleher.
“Badan Ibu enggak tidak sedikit berubah dikomparasikan saya SD dulu” Katanya seraya terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.
“Itu sebab Ibu tertata olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana sampai celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia kemudian duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sedangkan aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga sekarang kami sama-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Kevin mohon gantian, dia hendak mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Ibu sudah hendak ngerasain penis anda Vin!” Cegahku seraya menciumnya.
Kevin tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.
“Kamu pun sudah enggak kuatkan sebetulnya Vin,” Balasku seraya mencubit perutnya yang berotot.
Kevin tersenyum lalu menarik tubuhku. Ternyata Kevin pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam masa-masa yang paling singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku makin membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Kevin yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Kevin nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, tetapi terus menciumi sekujur tubuhku. Kemudian dia membalikkan tubuhku sehingga tubuhku dalam posisi menungging.
Kevin menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Kevin, kemudian diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara tersebut tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa Jari jarinya mulai memainkan lobang memeku yang mulai terbuka siap menyambutnya.
“Vagina Ibu bagus, tebel, tentu enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik serupa di telingaku. Aku tidak dapat bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilaksanakan Kevin, sampai terasa tangan kanannya bergerak mengusung sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan mustahil lagi membuka. Terasa nafas Kevin semakin memburu, sedangkan ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan Kirinya terus meremasi toketku sedangkan yang kanan mengusung sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa suatu benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia sudah memasukkan rudalnya…!!!
Sejenak aku tidak bisa bereaksi sama sekali, melainkan melulu menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Kevin menginjak liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.
“Oohh…,” sesaat lantas aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sedangkan Kevin mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.
“Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku separuh menjerit.
Kevin tidak menjawab, tetapi terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan ingin kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar tersebut seperti berkeinginan membongkar liang vaginaku hingga ke dasar.
“Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”
Kevin justeru semakin energik mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”
Kevin terus menggecak-gecak. Tenaganya powerful sekali, lagipula dengan batang penis yang spektakuler keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Kevin sama sekali tidak kendala menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa bakal meledak.
“Ibu inginkan keluar! Ibu inginkan keluaaar!!” aku menjerit-jerit.
“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Kevin menyodok-nyodok semakin kencang.
“Sodok terus, Viiiin!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”
“Oh, ah, uuugghhh… ”
Ahhhh ennak vviiiin trus sodoookkk trus memekku Vinnn.
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Kevin, kuremas bongkahan pantatnya, sedangkan paha kananku mengusung lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!
Sesaat aku laksana melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin telah ada lima tahun aku tak merasakan kesenangan seperti ini. Kevin mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia tidak mempedulikan aku menata nafas, sebelum lantas dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum menjangkau orgasme.
Kuturuti permintaan Kevin. Dengan agak lunglai dampak orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku sampai menungging. Kevin mengekor gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang tersebut tetap menancap dalam vaginaku.
Lalu perlahan terasa dia mulai membuai pinggulnya. Ternyata dia spektakuler sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seolah-olah kami baru saja mengawali permainan, sebenarnya tentu perjalanan birahinya sudah lumayan tinggi tadi.
Aku merasakan gerakan maju-mundur penis Kevin dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur pulang nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Kevin segera menunduk, dikecupnya pipiku.
“Vin.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi anda sudah nyaris keluar,” kataku terus terang.
“Emangnya Ibu suka bila aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Kevin mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti memahami bahwa aku mulai keasyikan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Kevin melenguh. Dan semakin kuat kencang dan cepat sodokanya ke memekku ini. Batang kemaluannya yang spektakuler keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.
“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… SVinn!!”
Kevin tidak bersuara, tetapi menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku hingga terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Kevin juga kali ini segera akan menjangkau klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan bertentangan dengan gerakan Kevin. Pemuda tersebut mulai mengerang-erang pertanda dia juga segera bakal orgasme.
Tiba-tiba Kevin menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan separuh mengusungnya. Kevin langsung menyodokkan kedua dengkulnya sampai merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Kevin memegang kedua kakiku di bawah lutut, kemudian batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
“Aku nyaris keluar!” Kevin bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak dapat bergoyang dalam posisi laksana itu, maka aku pasrah saja, merasakan gecakan-gecakan keras batang kemaluan Kevin. Kedua tanganku memegang erat sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
Ooouh Yeee Enak Banget entot memek ibu, tutur kevin
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah nyaris keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
“Ibu pun mau Keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku pun mau keluarr!”
“Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku inginkan keluaaar…!”
“Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku inginkan keluar, aku inginkan keluar, vaginaku keenakan, aku keasyikan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
Tubuhku mengejang tanda aku orgasme memekku berdenyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menyangga nikmatnya orgasme. Pada ketika bersamaan, Kevin mengurangi kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Oohhh…!!!” Akuuu keluar ibu, terasa sperma nya menyembur ke dalam memekku ini. Nikmatnya tak terkatakan, estetis sekali menjangkau orgasme dalam waktu serupa bersamaan laksana itu.
Lalu tubuh kami terasa lemas, namun kontol dan memek kami masih ada sodokan kecil. Kevin memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk menata nafas.
“Enak banget,” bisik Kevin sejumlah saat kemudian.
“Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Kevin bergerak-gerak di dalam vaginaku.
“Vagina Ibu enak banget, dapat nyedot-nyedot gitu…”
“Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”
Kevin bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tanganku untuk di jilati oleh Kevin. Aku mengikik kegelian. Kevin menjilati keringat yang mengairi ketiakku. Geli, namun enak. Apalagi lantas lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Kevin kemudian menetek laksana bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Kevin sebab kelakuannya tersebut membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Kevin mengusung wajahnya sedikit, tersenyum tipis, kemudian berkata.
“Aku dapat enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu pun suka kan?”
Aku tersenyum saja, dan tersebut sudah cukup untuk Kevin sebagai jawaban. Alhasil, seharian tersebut kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di senja hari malamnya Kevin pulang meminta jatah dariku. Sedikitnya malam tersebut ada 3 ronde ekstra yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku menjangkau orgasme. Yang jelas, esok pagi nya aku lemas sekali memekku masih bergetar karena sodokan kencang semalam.
Hampir tidak istirahat sama sekali, namun aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman tidak sedikit yang mengira aku sakit, sebenarnya aku malah sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.,,,,,,,,,,,,,